Jumat, 29 April 2016

CERITA KISAH NYATA



KISAH NYATA
SEMUA MENINGGALKANKU SETELAH AKU MEMAKAI HIJAB
(JILBAB)
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... "Ya Allah, akhirnya dengan hijab ini aku dapat merasakan lezatnya nikmat iman."Diakui atau tidak, baik atau buruknya perilaku seseorang itu, juga tergantung dengan siapa ia bergaul. Ketika sahabatnya adalah orang-orang yang memiliki akhlakul karimah (akhlak yang mulia), maka, secara tidak langsung ia telah ikut merasakan langkah sahabat-sahabatnya yang mulia.
            Begitu pula sebaliknya, ketika yang mejadi teman gaul itu adalah sekelompok orang yang jauh dari cahaya Allah, kita pun akan mengikuti mereka sedikit demi sedikit. Sebab itu, kita perlu mewas diri dengan siapa kita bersahabat, sehingga tidak menyesal di kemudian hari.Mungkin, karena kecerobohan saya dalam memilih teman itulah, yang telah menjerumuskanku ke jalan yang sangat jauh dari nilai-nilai Islam.Dua puluh tahun lalu, tahun 90-an, mengamen di kampus-kampus, terminal-terminal, telah menjadi pilihan gaya hidupku. Padahal, di lain pihak, orangtuaku termasuk orang yang berada (berkecukupan), untuk membiayai kuliah, kos dan sanguku.
            Bahkan, beliau termasuk pengurus salah satu organisasi Masyarakat Islam terbesar di Indonesia, yang mana, jam terbang dakwahnya cukup tinggi. Namun, sekali lagi, karena salah pergaulan, justru jalan setan inilah yang menjadi pijakanku, sebelum akhirnya hidayah merasuk ke dalam sanubari.Pengalaman buruk itu bermula dari aku menjadi mahasiswi di sebuah universitas di Malang. Aku sendiri lahir dari Sidoarjo. Karena jauhnya lokasi rumah dan kampus, maka saya lebih memilih untuk mengekos di lokasi yang tidak jauh dari kampus.
Terus terang, sejatinya aku menjalani proses perkuliahan itu dengan setengah hati. Tidak ada keseriusan di dalamnya. Oleh karenanya, untuk mencari hiburan, aku mendaftarkan diri untuk masuk group theater. Di sini, meskipun tidak sering, kami kadang-kadang diundang untuk mengisi beberapa acara.Seiring dengan terus berjalannya waktu, tumbuh keinginan untuk mengikuti profesi beberapa temanku, yaitu mengamen. Bedanya, kalau mereka mengamen untuk memenuhi biaya hidup, sedangkan aku, menjalaninya hanya untuk mencari kepuasan dan kesenangan diri semata.
            Gayung bersambut, ternyata teman-temanku itu sangat responsif terhadap keinginanku tersebut. Sejak itulah, karir sebagai penyanyi jalanan di mulai.Kampus-kampus terbesar di Malang seperti; IAIN (yang kini berubah menjadi UIN), IKIP, UNIBRAW, adalah diantara target kami. Namun, tidak jarang juga kami melebarkan sayap jangkauan kami, ke daerah Batu, karena memang di sini tempat para wisatawan luar negeri, yang mana jika mereka memberi, relatif lebih besar dari pada orang-orang pribumi.
            Dari hari ke hari, aku benar-benar dimabuk cinta oleh aktivitas baruku ini. bisa dibilang saat itu aku sudah 'gila', 'gila' ngamen.Bayangkan, meskipun statusku sebagai mahasiswi, namun, intensitas dalam mengamen, dan jauhnya jangkauan yang harus ditempuh, bisa dibilang, mengalah-ngalahi, mereka yang memang berprofesi sebagai pengamen sejati, sekalipun mereka itu cowok. Aku dan beberapa teman tidak lagi mengamen di kampus-kampus, namun juga sudah menuju terminal-terminal.

Disergap Satpol PP ...
Pernah pada suatu hari, ketika sedang asik melantunkan sebuah lagu di terminal Arjosari, Malang, kami disergap oleh Satpol PP Karena kelihaian kami bersilat lidah, akhirnya, kami dilepaskan, "Pak, kita ini para mahasiswi yang sedang praktek lapangn, yang meneliti tentang kehidupan para pengamen," jelas kami waktu itu yang langsung dipercayai.Tapi pengalaman itu rupanya tak pernah menyurutkan ku menghentikan kebiasaan gila ini.
            Tak puas hanya berkutat di daerah Malang saja, akhirnya kami beranikan diri untuk memperluas daerah jangkauan. Tidak tanggung-tanggung, daerah yang kami tuju adalah Lumajang, bahkan, karena saking kuatnya tekat untuk mengamen, kami berani mengamen hingga ke Madura, Banyuwangi, bahkan Bali sekali pun. (Astaghfirullaha 'Adziim, semoga Allah mengampuni masa laluku).Aktivitas yang demikian ini, terus aku jalani hingga aku duduk di semester enam. Meskipun demikian liarnya pergaulanku saat itu, orang tuaku tidak pernah mengetahuinya. Dan Alhamdulillah-nya, meskipun tidak terlalu baik, setiap kali ujian semester, aku selalu lulus. -mungkin- hal inilah, yang membuat orang tuaku tidak curiga dengan aktivitas saya.
            Tapi memang di balik itu semua, terlihat keinginan mereka agar aku bisa memperbaiki kostum pakaianku. Memang pada saat itu, baju yang ketat dengan bawahan seperti jeans, menjadi pakaian favoritku. Ditambah lagi dengan rambut yang terurai bebas.
 Datangnya Hidayah ....
            Senikmat apapun hidup di tengah kegelapan cahaya Allah, tetaplah itu semua kenikmatan semu, yang tidak akan pernah mencapai kenikmatan hakiki yang mengarah kepada ketenangan jiwa, dan kesejukan hati.Semakin hawa nafsu itu dituruti, sejatinya jiwa ini semakin haus, rindu akan siraman ketenangan. Namun, karena hawa nafsu begitu dominan, yang terjadi hanyalah pengingkaran, pengingkaran jeritan hati. Sehingga, meskipun ia terluka, mulut masih bisah tetap tertawa dengan sumringahnya.
            Begitu pula dengan diriku. Sejatinya hatiku menjerit, mengakui kekeliruan jalur yang aku pilih. Hingga terjadilah suatu pristiwa, yang cukup menggugah diriku, yang kemudian menjadi titik awal kembalinya saya ke fithrah Ilahiyah.
 Hari itu (akhir dari tahun 1993), tersebutlah salah satu teman kosku yang baru saja menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Pada dasarnya, ia juga termasuk tipe orang yang kurang memperhatikan hijab, termasuk aurat (jilbab).Tapi, karena tempat PKL-nya di sekolah Muhammadiyah, maka ia pun "terpaksa" menggunakan hijab tersebut. Di tengah-tengah ia merapihkan pakaiannya, saya tertegun melihat jilbab yang sedang ia lipat.
            Seketika itu saya memberanikan diri untuk memintanya, "Mbak, jilbabnya saya ambil aja yah," ujarku kala itu. "Untuk apa?" timbalnya "Ya, mungkin suatu hari nanti aku akan memakainya. Sekalian buat kenang-kenangan. Mbak kan sudah mau selesai kuliahnya," ujarku. Akhirnya jilbab itu ia berikan juga.

Setelah ia menyerahkan jilbab itu, saya langsung menjoba mengenakannya. "Wah mbak cantik juga kalau pakek jilbab," ujar beberapa teman mengomentari ulahku. Ada rasa nyesss, tatkala aku bercermin dan melihat penampilanku berjilbab saat itu. Sepertinya setes embun telah membasahi hatiku. Rasanya sejuk sekali. Maka mulailah aku berfikir untuk menggunakan jilbab.Meski demikian, masih terngiang dengan jelas di benakku, bagimana reaksi kedua orangtuaku nanti? Diam-diam aku pulang dengan penampilan baru, berjilbab. Tapi tetap saja, itu hanya bagian atas. Sebab, pakaian bawah, masih standar jahiliyah, menggunakan jeans.
            "Nah, beginilah nak seharusnya seorang muslimah berbusana," puji orangtuaku dalam raut wajah cukup kaget dan linangan air mata. Mungkin karena suka nya, mereka mengajakku memborong pakaiaan muslimah. Alhamdulillah, sejak saat itu, tekad ku menggunakan jilbab semakin kuat.
 Terror dari Segala Penjuru ....
            Namun, perjalanan ini rupanya tak semulus yang aku kira. Yang ada justru jalan terjal, lagi berbatuan. Akan tetapi, justru jalan yang demikian inilah, yang kemudian hari akan menghantarkan seseorang merasakan manisnya perjuangan, indahnya keimanan.Setibanya di kampus aku diselimuti keraguan untuk menggunakan jilbab. Penyebabnya, tentusaja mempertimbangkan reaksi teman-temanku, yang sepertinya mereka fobia terhadap jilbab. Maka, untuk menghindari itu semua, aku pun 'kucing-kucingan' bersama mereka.
Kalau kuliah malam hari, saya mengenakan jilbab, kalau siang, akupun melucutinya alias bongkar-pasang. Pekerjaan ini berjalan hingga lima bulan. Tapi, lama-kelamaan, aku sendiri tidak kuat dengan permainan ini. Sebab itu, aku beranikan diri untuk berkata jujur kepada mereka, bahwa aku ada aku yang sudah dengan penampilan baru.Apa yang saya kuatirkan sebelumnya benar-benar terjadi. Teman-temanku mencemooh dan mengkerdilkanku, "Apa kamu ingin menjadi pocong dengan pakai jilbab!". "Kalau kamu pakai jilbab, kamu tidak akan bebas.Kamu akan selalu terkekang," ujar yang lain. Semua itu, sangat mengiris-iris hatiku.
            Tidak cukup dengan omongan saja mereka berperilaku buruk (yang sebelumnya sangat-sangat akrab), mereka juga dengan serempak menjauhiku. Seorang memboikot penampilanku, mereka hilang satu-persatu.
Jadilah aku "sebatang kara". Melihat kondisi kampus yang tidak kondusif ini, saya bermusyawarah dengan orangtua mengenai permasalahanku. Akhirnya diputuskan, pulang-pergi sebagai alternatifnya, sekalipun itu sangat jauh Malang-Sidoarjo.
 Ternyata harapan untuk menggunakan hijab dengan mudah di rumah sendiri, tidak semudah membalik telapak tangan. Di sini pun aku dikucilkan oleh beberapa saudara.
 "Perilaku masih kayak gitu kok pakai jilbab."
"Nanti saja makai jilbabnya. Kamu itu masih belum menikah. Entar gak laku melihat penampilanmu yang aneh ini," ujar sebagian dari mereka.
Akan tetapi, sebesar apapun angin dan badai hinaan menghantam, aku telah bulatkan niat untuk tetap menggunakan jilbab. Agar pengetahuan agamaku semakin bertambah, maka, akupun melahap buku-buku agama, yang aku beli di toko-toko buku.Karena membaca pengalaman betapa sukarnya berjalan di jalur yang diridhai Allah, setiap kali melaksanakan shalat, aku senantiasa berdo'a kepada-Nya.
"Ya Allah, sudilah kiranya Engka memberikanku pendamping hidup yang mendukung apa yang aku yakini sebagai kebenaran ini," begitu doaku.
 Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do'a-do'a hambanya. Melalui perantara kedua orangtuaku, aku akhirnya dijodohkan dengan seorang aktivis dakwah yang sebelumnya tak pernah aku kenal.
 Aku sangat bersyukur berdampingan dengannya. Selain ia sebagai figur suami yang baik, ia juga merupakan sosok pembimbing yang senantiasa mengarahkan ke pada jalan yang benar, yang diridhai oleh Allah. Yang sangat membahagiakanku, ia adalah seorang yang sangat mengerti agama dan seorang dai.
 Saat ini, kami telah dianugerahi dua putra dan dua putri. Selain sibuk mengurusi rumah tangga dan mendidik anak-anak, aku juga aktif di organisasi muslimah yang berada di bawah naungan salah satu harakah Islam.
 "Ya Allah, kini akhirnya aku dapat merasakan lezatnya nikmat iman ini."
 "Wahai para Muslimah, gunakanlah hijab sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh agama (Islam) yang indah dan mulia ini. Dengan hijab itu identitas kalian akan lebih jelas. Tanpanya, bukan hanya keimanan kita saja yang kurang nampak, namun, keislaman kitapun patut dipertanyakan."

[kisah ini diceritakan langsung oleh Ibu Fina kepada hidayatullah.com/Robin Sah/hidayatullah/dg sedikit perubahan]

Senin, 25 April 2016

Perbedaan Hijab, Jilbab, Khimar dan Kerudung



Perbedaan Hijab, Jilbab, Khimar dan Kerudung

Hijab menurut Al-Quran artinya penutup secara umum. Allah SWT. Dalam surat Al Ahzab ayat 58 memerintahkan kepada para sahabat Nabi SAW ada waktu mereka meminta suatu barang pada istri Nabi SAW untuk memintanya dari balik hijab. Jadi, hijab brarti umum, bisa berupa tirai pembatas, dll. Sehingga memang terkadang kata hijab dimaksudkan untuk makna jilbab. Adapun makna lain dari hijab adalah sesuatu yang menutupi atau menghalangi dirinya.

Hijab biasa juga digunakan sebagai pembatas interaksi saat sedang syuro. Pernah lihat ada yg rapat dgn menggunakan hijab? Biasanya sih dengan kain pembatas di tengah-tengah ruangan,

Hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi, dengan kata lain al-Hijab adalah benda yang menutupi sesuatu.

Dalam hal ini Syaikh Al Bani rahimahullah mengatakan, “Setiap Jilbab adalah Hijab, tetapi tidak semua Hijab itu Jilbab, sebagaimana yang tampak."
Lanjut ke Jilbab. Hal ini tertuang dalam perintah Allah, Al-Ahzab ayat 59: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka..."

Secara terminologi, dalam kamus yang dianggap standar dalam Bahasa Arab, akan kita dapati pengertian jilbab seperti berikut > " Jilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang dipakai wanita untuk menutupi kepada, dada dan bagian belakang tubuhnya "Dapat kita ambil kesimpulan bahwa jilbab pada umumnya adalah pakaian yang lebar, longgar dan menutupi seluruh bagian tubuh. Sebagaimana disimpulkan oleh Al Qurthuby: "Jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh". Kecuali Wajah dan telapak tangan.

Adapun jilbab dalam surat Al-Ahzab (33): 59, sebenarnya adalah baju longgar yang menutupi seluruh tubuh perempuan dari atas sampai bawah.

Sudah terlihat jelas, perbedaan antara Hijab dan Jilbab? Maka kembalikan pada kata asalnya dlm Al-Ahzab: 59. Berjilbablah

Kemudian Khimar, ini yg biasa disebut dengan Kerudung. Perintah Khimar terdapat dalam QS An-Nur ayat 31.

Khimar atau kerudung adalah apa yang dapat menutupi kepala, leher dan dada tanpa menutupi muka (Al-Baghdadiy, 1991)

Jadi jelas perbedaan antara Hijab, Jilbab & Khimar / Kerudung.. yang masih belum longgar & menutup seluruhnya berarti baru berkhimar.
Karena Jilbab tak sekedar penutup kepala hingga menutupi dada, ia melindungi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.

Sumber: Ahmad Shofwan

puisi

                                                      

     PUISI TENTANG HIJAB


HIJAB CINTA
 Siti Khumairah

Wahai ikhwan yang melukis rindu atas kedamaian surga,
Atas nama Rabb ku, aku ingin mencintaimu karena-Nya,
Mengukir nama indahmu di bawah langit cinta-Nya,
Menulis hikmah dari pertemuan aku dan dirimu di atas sajadah cinta.

Andai harus ku jabarkan bait hati yang tersembunyi seperti akhwat lainnya,
Sungguh, tak cukup waktu yang Tuhan titipkan untuk semua cerita,
Hingga aku termasuk akhwat yang merugi karenanya.

Atas nama titah Tuhan ku, cukup ku cintaimu dengan sederhana,
Sepanjang hidup, aku ingin akidah kasih yang ada ini di ridhoi-Nya,
Tak perlu bagi ku kau sampaikan gemuruh rindu itu dalam nyata,
Cukuplah kau jaga hijab ku tanpa kata cinta sebelum ikrar yang direstui-Nya.

Jika hati ini harus marah karena diam mu untukku,
Sungguh, jangan kau dekati hati yang tak pernah menghargaimu ini,
Jika lisan ini di penuhi cela karena bisu yang istiqamah dari mu untukku,
Demi Allah, aku merugi atas kidung cinta Tuhan yang tak pernah ku kenali.

Terasing diri ini, jika nafsu itu menyelimuti,
Bersimpuh dalam renungan pada hubungan yang salah ini,
Meruginya raga jika harus kau buktikan cinta mu dengan pernyataan cinta atas hati.
Karena cukuplah dalam diammu, bukti mahabbah rindu untukku.

Namun, bila suatu hari kau datang dengan kalimah cinta,
Saat sebelum kau mengkhitbah ku ya, ikhwan,
Aku takut kau salah memaknai cinta karena-Nya,
Cara kita yang salah menempatkan cinta,
Hingga terjatuh pada lubang duniawi yang menyesatkan.

Sungguh, karena cinta ini aku malu pada Tuhan ku,
Tamparan cinta itu akan menjatuhkan harga diriku di sisi-Nya,
Seketika itu pula diri ini seakan tak berharga,
Karena kungkungan nafsu yang ku persembahkan pada mu,
Berlumur noda atas cinta yang bukan hak ku dan dirimu.

Wahai ikhwan yang menyentuh hati ku,
Aku tak mengenali cinta dalam lisan,
Karena bukan itu yang namanya cinta karena-Nya.

Jika kau mencintai ku, cintai aku dalam diam mu,
Jaga hijab cinta antara kau dan aku,
Dan jika saatnya tiba, ketika Allah takdirkan aku untukmu,
Cinta sejati tak akan pergi,
Semoga inilah cinta karena-Nya bersama ridho-Nya.

Wahai hati yang disirami cahaya Rahman,
Menuju Firdaus-Nya adalah impian dalam Mihrab cinta dari ku,
Satu-satunya taman terindah yang menguasai sukma di tiap nafas yang berlalu,
Hingga angan ingin ku melesat lebih jauh pada mahabbah-Nya bersama hadir mu.

Pasung hati ku, ya Rabbana,
Bunuh kata-kata cinta yang menjauhkan aku dari-Mu.

Ya, Muhaimin…
Jangan biarkan aku jatuh cinta pada selain-Mu,
Bila tak ada cinta dari kekasih-Mu yang merindukan Firdaus-Mu
Cukuplah hidupku mengalir dalam mihrab cinta ku pada-Mu.

Ya Al-Malik,
Hati ini tiada yang lain kecuali nama indah-Mu,
Sungguh, bilapun akan ada cinta lain di hidup ku,
Jaga hijab cinta ku sebagai mutiara yang terjaga di Altar cinta-Mu,
Sebelum kau pertemukan aku dan kekasih-Mu di istikharah cintaku.

Wahai Cahaya yang mengalirkan cinta,
Izinkan hatiku hanya berlabuh di atas lautan ridho-Mu,
Izinkan hatiku hanya merindu kekasih-Mu,
Izinkan hatiku merindu lebih dalam pada mujahid- mujahidah cinta-Mu,
Izinkan mihrab cinta ini ya, Rabbana.



SUMBER : Loker Puisi (Puisi Online Indonesia)



Senin, 07 Maret 2016

TATA CARA SHOLAT GERHANA

Menurut berita berita katanya tanggal 9 maret bakal ada gerhana matahari kaannn.
Nahhh kebetulan aku dikasih tata cara sholat gerhan oleh guru pengajian nihhhh.
Disini aku mau berbagi sama kalian ini dia tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut :

  1. Takbiratul ihram
  2. Membaca do’a istiftah kemudian berta’awudz, dan membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang panjang.
  3. Kemudian ruku’, dengan memanjangkan ruku’nya.
  4. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah, rabbanaa wa lakal hamd’.
  5. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
  6. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ yang pertama.
  7. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah, rabbanaa wa lakal hamd’, kemudian berhenti dengan lama.
  8. Kemudian melakukan dua kali sujud dengan memanjangkannya, diantara keduanya melakukan duduk antara dua sujud sambil memanjangkannya.
  9. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
  10. Tasyahud.
  11. Salam.

    Terima Kasihhhh:)

apa sih hijab itu

                                                            

                                 

APA SIH HIJAB ITU?




Pernah gak sih kalian bertanya-tanya dalam hati diri sendiri, “Kenapa sih? Perempuan ada perempuan yang pakai kerudungnya puanjannngg banget?”, pernah tidak terucap dalam hati seperti itu? Sepertinya pernah.. Tapi, tahukah kamuuuu banyak muslimah juga kok yang pakai kerudungnya panjang sampai ke bawah-bawah. Tahu tidak alasannya?

Tak usah panjang lebar untuk menjelaskan alasannya. Cukup dengan firman-Nya:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (An-Nur:31).

Tahukan sahabat? Berarti kalau kita pakai jilbab harus mengulurkannya. Lebih baik lagi jika lebih panjang dari dada. Oke, kalau kalian masih ragu. Pikirkan lagi, ini perintah Allah. Ini bukan hadits. Ini adalah ayat Al-Qur’an. Kalau ini hadits, masih bisalah kalau mau diragukan. Karena sekarang banyak hadits palsu. Dan kita harus tau pperawi haditsnya dan azbabul wurudnya. Lalu tata bahasa arab yang bagus. Tapi, ini ayat al-qur’an sahabat. Masihkah sahabat ragu untuk taat?

Memang tak mudah untuk menjadi “jilbabers” yang jilbabnya panjang. Atau sampai-sampai memakai cadar. haduh! biasanya di indonesia dikira teroris ya, kalau pakai cadar. Hmm, okelah. Teman teman, kita lanjut pada topik yaaa. Tapi bagaimanapun kita harus bisa menjadi seorang muslim yang taat?

  Aku mau kasih tau nih keuntungan/manfaat kita memakai hijab (jilbab):

1.Terlindungi dari sengatan panas matahari.

Faktanya sekarang adalah perempuan-perempuan yang gak pake jilbab pas keluar rumah dan berjalan pasti akan merasakan panas, rambut yang lembab, lepek, dan mungkin karena kepanasan rambut hitamnya jadi berubah warna lebih kemerah merahan gitu. Jadi, nutrisi rambut pun berkurang. tapi perempuan perempuan yang pake jilbab pasti akan terlindungi. Sebab rambutnya ditutupi oleh kain yang panjang dan tidak tipis. Ini membuat rambut tak akan kehilangan nutrisinya.

2.Terjaga kehormatannya dan Laki laki pun segan untuk menggodanya

Sadar tidak? Kalo perempuan yang gak pake  jilbab lalu jalan di depan laki-laki. Sering sekali laki-laki itu berkata, “Siut..Siut!”. Iya kaannn? Tapi kalo perempuan berjalan tapi mungkin aja karena gak ada jalan lain harus melewati seorang laki-laki, laki-laki itu malah berkata” Assalamua’alikum”. Kalau kalian mengalami seperti ini cukup jawab dalam hati yaa. Tidak perlu, dijawab dengan suara terdengar. Nah sekarang aku mau tanya, kalian mau pilih yang mana? Itu pilihan diri sendiri kok.

3.Termotivasi untuk terus menuntut ilmu

walau ilmu tidak bersalah, tapi perempuan yang jilbab mungkin suka ditanya-tanya oleh orang yang belum tahu sesuatu. Kita orang muslim! Harus bisa pintar menjawab suatu pertanyaan.

4.Terjaga dari polusi dan debu

Siapa sih yang tidak tahu kota? Sudah tentu cuaca panas, penuh debu dan polusi. Kita gak perlu terhipnotis dengan iklan shampoo yang menggiurkan. Yang memakai extras gingseng lah, kulit buaya lah, daun sirih lah, rempah-rempah atau apapun itu. Ditambah lagi dengan conditioner dan lain-lainnya. Tak perlu repot membeli segala macam rupa untuk dipakai. Beli shampoo yang menurut kamu cocok. Tak usah pakai yang macam-macam lagi. Kemudian, ada lagi. Yang namanya kota pasti banyak debu sama polusi. Apalagi kalau anak SMP jalan dari rumah ke sekolahnya. Pasti banyak deh debu-debunya kemudian pulang-pulang suruh cuci muka agar jerawat enggak tumbuh (Kok jadi cerita pengalaman?)

5.Kemuliaannya  Terlihat

Allah dan Rasul-Nya sangat memuliakan wanita. Mereka inginagar wanita-wanita muslimah menutup auratnya sesuai syariat. Agar mereka terjaga kemuliaannya. Rambut wanita yang diperlihatkan menjadi mahkota yang biasa-biasa saja. Karena semua orang sudah tahu seperti apa mahkotanya. tapi wanita muslimah yang memakai jilbabnya menjadikan dirinya mulia dan tertanda bahwa tidak sembarangan orang yang boleh tahu seperti apa rambutnya. Wahai muslimah yakinlah. Dirimu ini mulia!

Tebarkan senyummu kepada semua yang engkau kehendaki dan buatlah anggunya dirimu menjadi pancaran keindahanmu dalam indahnya raga yang terbalut hijabmu.